HAKIKAT MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA
MAKAALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH PROFESI PENDIDIKAN
YANG DIBINA OLEH IBU Dra. NENGAH MADRI ANTARI M.Erg
NIP: 195102051978032001
OLEH :
NENGAH ISMI IZHARDIANTI (1111011074)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
SEFTEMBER 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia dan Perkembngannya ” tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar kita memahami administrasi pendidikan dari berbagai aspeknya.
Penulis menyadari banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi saat menyusun makalah ini. Berkat motivasi dan bantuan berbagai pihak, kesulitan-kesulitan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu sudah sepantasnya penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini ini.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan yang dapat bermanfaat sebagai acuan penulisan selanjutnya.
Singaraja, Seftember 2011
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………
Daftar Isi………………………………………………………………………………………….
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………………………
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………....
1.3 Tujuan dan Manfaat………………………………………………………………………….
BAB II Pembahasan………………………………………………………………………………
2.1 Sifat Hakikat Manusia………………………………………………………………………
2.2 Dimensi-dimensi Hakikat Manusia serta Potensi Keunikan dan Dinamikanya…………….
2.3 Pengembangan dimensi Hakikat Manusia………………………………………………….
2.4 Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan……………………………………………….
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Individu……………………………….
2.6 Proses Perkembangan Individu……………………………………………………………..
2.7 Sosok Manusia yang Seutuhnya…………………………………………………………....
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………
a. Kesimpulan……………………………………………………………………………....
b. Saran……………………………………………………………………………………..
Dafatar Pustaka…………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi. Hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah sekedar soal praktek melainkan praktek yang berlandaskan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normative. Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis, dan universal tentang ciri hakiki manusia. Bersifat normative karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan.
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya.
Beberapa filosof seperti Socrates menamakan manusia itu Zoon Politicon (hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai Das Kranke Tier (hewan yang sakit) yang selalu gelisah dan bermasalah.
Kaum rasionalis menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain (ia, mereka) dan dengan non-aku (lingkungan fisik) di sekitarnya. Bahkan bukan hanya membedakan, lebih dari itu manusia dapat membuat jarak (distansi) dengan lingkungannya, baik berupa pribadi maupun nonpribadi/benda.Kemampuan membuat jarak dengan lingkungannya berarah ganda, yaitu arah keluar dan ke dalam.
Dengan arah keluar, aku memandang dan menjadikan lingkungan sebagai objek, selanjutnya aku memanipulasi ke dalam lingkunganu memenuhi kebutuhan aku. Puncak aktivitas yang mengarah keluar ini dapat dipandang sebagai gejala egoisme. Dengan arah ke dalam, aku memberi status kepada lingkungan (dalam hal ini kamu, dia mereka) sebagai subjek yang berhadapan dengan aku sebagai objek, yang isinya adalah pengabdian, pengorbanan, tenggang rasa, dan sebagainya. Dengan kata lain aku keluar dari dirinya dan menempatkan aku pada diri orang lain. Di dalam proses pendidikan, kecenderungan dua arah tersebut perlu dikembangkan secara berimbang. Pengembangan arah keluar merupakan pembinaan aspek sosialitas, sedangkan pengembangan arah ke dalam berarti pembinaan aspek individualitas manusia.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa masalah yaitu :
1. Bagaimanakah sifat hakikat manusia ?
2. Bagaimanakah dimensi-dimensi hakikat manusia dan potensi, keunikan dan dinamikanya ?
3. Bagaimanakah pengembangan dimensi hakikat manusia ?
4. Bagaiamanakah pengertian perkembangan dan pertumbuhan individu ?
5. Apan sajakah factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu ?
6. Bagaimanakah proses perekembangan individu ?
7. Bagaimanakah sosok manusia yang seutuhnya ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengatahui sifat dan hakikat manusia.
2. Untuk mengetahui dimensi-dimensi hakikat manusia dan potensi, keunikan serta dinamikanya.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan dimmensi hakikat manusia.
4. Untuk mengetahui bagaimana sosok manusia yang sebenarnya.
5. Untuk mengetahui bagaimna pengertian perkembangan dan pertumbuhan individu
6. untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu.
7.Untuk lebih menambah wawasan pengetahuan bagi dosen dan mahasiswa itu sendiri.
8. Sebagai acuan dalam pembentukan makalah selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA
2.1 Sifat Hakikat Manusia
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan social.
Wujud sikap hakekat manusia
a. Kemampuan menyadari diri
Mengeksplorasi potensi-potensi yang ada pada aku ( diri sendiri ) dan memahami potensi-potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat di kembangkan kea rah kesempurnaan diri.
b. Kemampuan bereksistensi
Kemampuan untuk membuat jarak antara aku dengan dirinya sebagai objek itu sebagai sesuatu .
c. Pemilikan kata hati
Kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik buruknya perbuatan sebagai manusia .
d. Moral
Kemampuan seorang untuk mengendalikan diri sesuai dengan tatanan nilai-nilai kehidupan dan budaya, serta adat istiadat yang berlaku..
e. Kemampuan bertanggung jawab
Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari berbuatan yang menuntut pertanggung jawaban merupakan petanda dari sikap orang yang bertanggung jawab.
f. Rasa kebersamaan (kemerdekaan)
Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terkait oleh sesuatu tetepi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia )
g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak
h. Kemampuan menghayati menyadari kebahgiaan
2.2 Dimensi-dimensi Hakikat Manusia dan Potensi, Keunikan dan Dinamikanya
a. Dimensi Keindividualan
Individu dapat diartikan sebagai seorang atau sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi. (Lysen, individu dan masyarakat). Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka bumi. Demikian kata M.J. Langeveld (seorang pakar pendidikan yang tersohor di Negeri Belanda) yang mengatakan bahwa setiap orang memiliki individualitas. Bahkan dua anak kembar yang berasal satu telur pun, yang lazim dikatakan seperti pinang dibelah dua, serupa dan sulit dibedakan satu dari yang lain, hanya serupa tetapi tidak sama, apalagi identik. Hal ini berlaku baik pada sifat-sifat fisiknya maupun hidup kejiwaannya (kerohaniannya). Dikatakan bahwa setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingannya). Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda.
b. Dimensi Kesosialan
Setiap bayi lahir dikaruniai potensi sosialitas (MJ. Langeveld 54) pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya daidalamnya terkandung unsur saling memberi dan menerima, dipandang sebagai kunci sukses pergaulan. Adanya dorongan untuk meerima dan memberi itu sudah menggejalah mulai masa bayi.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Imannual Khan seorang filosofi tersohor bangsa Jerman menyatakan bahwa manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara manusia. Seseorang dapat mengembangkan kegemerannya, sikapnya, cita-citanya didalam interaksi dengan sesamanya, seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang dikagumi dari orang lain itu untuk dimilikinya, serta menolak sifat-sifat tidak disukainya.
Hanya dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaannya. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa anak manusia tidak akan menjadi manusia bila tidak berada diantara manusia.
c. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi, didalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika didalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Orang yang berbuat jahat berarti melanggar hak orang lain dan dikatakan tidak beretika atau tidak bermoral. Sedangkan tidak sopan diartikan sebagai tidak beretiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang merasa dirugikan, sedangkan pelanggaran etiket hanya mengakibatkan ketidak senangangan orang lain.
Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah makhluk susila. Drijarkara mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan dan sebagainya, sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup. Dilihat asal dari mana nilai-nilai itu diproduk dibedakan atas tiga macam, yaitu nilai otonom yang bersifat individual (kebaikan menurut pendapat seseorang), nilai heteronom yang bersifat kolektif (kebaikan menurut kelompok), dan nilai keagamaan yaitu nilai yang berasal dari Tuhan).
d. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious. Sejak dahulu kala, sebelum manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwa diluar alam yang dapat dijangkau dengan perantaraan alat indranya. Diyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut diciptakanlah mitos-mitos. Misalnya untuk meminta sesuatu dari kekuatan-kekuatan tersebut, dilakukan bermacam-macam upacara menyediakan sesajen-sesajen dan lain-lain.
Kemudian setelah ada agama maka manusia mulai menganutnya. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama.
2.3 Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia
Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Manusia lahir telah dikaruniai dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud potensi, belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau aktualisasi. Dari kondisi ‘potensi’ menjadi wujud aktualisasi terdapat rentangan proses yang mengundang pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya.
Setiap manusia lahir dikaruniai naluri yaitu dorongan-dorongan yang alami (dorongan makan, seks, mempertahankan diri, dan lain-lain). Jika seandainya manusia dapat hidup hanya dengan naluri maka tidak bedanya dengan hewan. Hanya melalui pendidikan status hewani itu dapat diubah kea rah status manusiawi.
2.4 Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan Individu
a. Pengertian Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu proses sosialisasi yang berlangsung dengan adaptasi (penyesuaian) dan seleksi. Para ahli mempunyai berbagai macam pendapat tentang pengertian perkembangan. Namun semuanya mengakui bahwa perkemangan itu adalah suatu perubahan kearah yang lebih maju, lebih dewasa. Perubahan tersebut dapat menyangkut perubahan fisik individu seperti : bertambahnya tinggi badan, berat badan, panjang rambut, dan perubahan psikis seperti : bertambah pintar, lebih dewasa, lebih mandiri, dan lainnya. Perkembangan mempunyai sifat kuantitatif Secara teknis, perubahan tersebut biasanya disebut dengan proses. Jika prubahan sebagai proses ditinjau lebih lanjut maka aka nada bermacam-macam jawaban , yang pada pokoknya berpangkal pada pendirian masing-masing ahli.
b. Pengertian Pertumbuhan
Sedangkan Pertumbuhan mempunyai arti suatu perubahan dengan proses yang terjadi sesuai dengan fungsinya dan bersifat kualitatif. Contoh-contoh dari pertumbuhan adalah dapat dilihat dari bentuk fisik yang terus berubah dan tidak dapat kembali atau bersifat tetap.
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Individu
Para ahli juga mempunyai pendapat yanag bermacam- macam mengenai factor- factor yang mempengaruhi perkembangan. Pendapat yang bermacam- macam itu pada pokoknya dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Nativisme
Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat, bahwa perkembangan individu semata- mata ditentukan oleh factor- factor yang dibawa sejak lahir ( natus artinya lahir ). Tokoh utama aliran ini ialah Schopenhauer. Para ahli yang mengikuti pendirian ini biasanya mempertahankan kebenaran konsepsi ini dengan menunjukkan berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang tua dengan anak- anaknya. Misalnya kalau ayahnya ahli music maka kemungkinan besar bahwa anaknya juga akan menjadi ahli music.
2. Empirisme
Para ahli yang mengikuti pendirian empirisme mempunya pendapat yang langsung bertentangan dengan pendapat aliran nativisme. Aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan itu semata- mata tergantung kepada factor lingkungan, sedangkan factor dasar atau pembawaan tidak memainkan peranan sama sekali. Tokoh utama dalam aliran ini ialah John Locke. Jika sekiranya konsepsi ini memang benar, maka kita akan dapat menciptakan manusia ideal sebagaimana kita cita- citakan asalkan kita dapat menyediakan kondisi- kondisi lingkungan yang diperlukan untuk itu. Tetapi kenyataan yang kita jumpai menunjukkan hal yang berbeda daripada yang kita gambarkan itu. Banyak anak- anak orang kaya atau pandai yang mengecewakan karena kurang berhasil dalam mengajar, walaupun fasilitas- fasilitas mereka sangat memadai. Sebaliknya banyak anak orang yang kuarng mampu berhasil dalam belajar, walaupun fasilitas yang mereka perlukan sangat jauh dari mencukupi.
3. Konvergensi
Kedua pendirian yang baru saja dikemukakkan itu kedua – duanya ekstrim, tidak dapat dipertahankan. Paham yang dianggap dapat mengatasi keberatan sebelahan itu ialah paham konvergensi, yang biasanya dianggap dirumuskan secara baik untuk pertama kalinya oleh William Stern.
Paham konvergensi ini berpendapat, bawhwa di dalam perkembangan individu itu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan telah ada pada masing – masing individu, akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesui supaya dapat berkembang. Misalnya, tiap anak manusia yang normal mempunyai bakat untuk berdiri tegak di atas dua kaki, akan tetapi bakat ini tidak akan menjadi actual ( menjadi kenyataan ), jika sekiranya anak manusia itu tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia.
Banyak para ahli dan praktisi untuk saat ini lebih cenderung berpihak pada pandangan aliran konvergensi. Walaupun demikian berbagai permasalahan yang esensial nampaknya belum tuntas jika di jawab melalui pandangan aliran konvergensi saja. Seperti misalnya berbagai keluhan masyarakat yang patut mendapat perhatian para ahli dan praktisi, bahwa banyak terjadi proses perubahan secara cepat dialami seseorang, misalnya seorang dewasa pada dasarnya telah terbentuk menjadi individu “baik” setelah berada di luar “control” orang tua menjadi individu yang “tidak baik”. Dari kenyataan ini bila dipertanyakan lebih lanjut factor manakah yang bisa dipersalahkan, apakah pembawaan atau lingkungan?.
4. Interaksionisme
Tokoh aliran ini adalah Piaget, yang berusaha juga memberi makna mengenai factor – factor yang mempengaruhi perkembangan individu. Secara prinsip Piaget tampaknya setuju dengan tiga factor yang telah disebutkan terdahulu berpengaruh pada perkembangan individu, namun makna yang lebih lanjut diberikan terhadap pandangan – pandangan tersebut adalah pada pengertian interaksi. Interaksi yang dimaksud adalah pengaruh timbal balik, artinya tidak hanya pengaruh mempengaruhi antara pembawaan dan lingkungan melainkan juga interaksi antara pribadi dengan dunia luar.
Interaksi tadi mengandung arti bahwa orang dengan mengadakan reaksi dan aksi ikut memberikan bentuk pada dunia yaitu keluarga, teman – teman, tetangga, kelas social, kelompok kerja,bangsa. Demikamian juga sebaliknya individu bersangkutan juga bersangkutan juga mendapatkan pengaruh dari dunianya dan kadang-kadang pengaruh itu begitu kuat hingga pribadinya dapat berubah atau bahkan bisa dalam bahaya, tergantung dari factor mana yang lebih dominan mempengaruhi pribadi individu. Berdasarkan beberapa pandangan di atas secara garis besar factor-faktor yang mempengaruhi individu dapat di kelompokan menjadi dua bagian yaitu:
a) Faktor genetic
Perkembangan manusia di tentukan oleh interaksi yang berkesinambungan antara hereditas/pembawaan dengan lingkungan. Interaksi ini sudah terjadi mulai dari masa-masa pembuahan sel telor. Sejumlah cirri pribadi yang luar biasa banyaknya sudah di tentukan oleh struktur genetic ovom yang di buahi. Gen memprogramkan tumbuhnya sel tubuh sehingga kita terbentuk menjadi manusia serta menentukan warna kulit, rambut, ukuran tubuh secara umum, jenis kelamin, kemampuan intelektual dan temperamen emosional. Potensi genetic yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara yang optimal
b) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan factor lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan bio-psiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap hari mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Ada juga beberapa factor yng mempengaruhi pertumbuhan yang kurang normal pada organisme, misalnya: (1) Faktor yang terjadi sebelum lahir seperti kekurangan nutrisi pada ibu dan janin. (2) Faktor ketika lahir atu saat kelahiran yaitu terjadi pendarahan pada kepala bayi yang disebabkan oleh tekanan dari diding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan dan oleh efek pada susunan saraf pusat karena proses kelahiran bayi dilakukan dengan bantuan tang (3) Faktor yang dialami bayi sesudah lahir yaitu karena pengalaman tromatik seperti pada kepala bagian dalam terluka karena kepala bayi terpukul atau mengalami serangan sinar matahari yang nantinya akan mengganggu pertumbuhan pada bayi dan anak. (4) Faktor psikologis terjadi karena bayi ditinggalkan oleh ibu, bapak atau kedua orang tuanya. Ada juga beberapa sebab lain seperti anak – anak yang dititipkan pada suatu lembaga seperti rumah sakit, rumah yatim piatu sehingga mereka kurang sekali mendapatkan perawatan jasmaniah dan kasih saying orang tua yang nantinya anak tersebut akan mengalami kehampaan psikis, kering dari perasaan sehingga dapat mengakibatkan kelambatan pada semua fungsi biologis maupun psikologisnya.
Dari bahasan mengenai factor- factor yang mempengaruhi perkembangan individu yang kadang- kadang terjadi secara sporadic, mungkin ada benarnya jika didiskusikan melalui pandangan aliran Interaksionisme. Karena aliran ini memandang bahwa poses perubahan yang terjadi pada individu dalam rentang kehidupannya “ normal “ maupun “ secara tiba- tiba “ lebih dilihat dari penyebab intensitas dan kualitas inteaksi yang tejadi antara factor pembawaan dengan factor lingkungan. Perubahan yang terjadi dan perkembangan seperti tersebut di atas, dikenal ada 2 fakta yang menonjol dalam perkembangan tersebut yaitu ( 1 ) semua dari manusia mempunyai unsur- unsur kesamaan di dalam pola perkembangannya dan ( 2) did ala pola bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis dan social tiap- tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan- perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kualitatif dan bukan kuantitatif. Sejauh mana individu berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan mereka atau kombinasi- kombinasi dari berbagai unsure perbedaan tersebut.
Setiap orang apakah dia seorang anak atau seorang dewasa, dan apakah ia berada di dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut seorang individu. Individu menunjukan kedudukan seorang sebagai orang perorang atau sebagai perseorangan. Sifat individu adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka "perbedaan" dalam "perbedaan individual" menurut Landgren menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Seorang ibu yang memiliki seorang bayi, bertutur bahwa bayinya banyak menangis, banyak bergerak, kuat minum. Ibu lain yang juga memiliki seorang bayi, menceritakan bahwa bayinya pendiam, banyak tidur, tetapi kuat minum. Cerita kedua ibu itu telah menunjukan bahwa kedua bayi itu memiliki ciri yang bersifat berbeda satu sama lain.
Seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa yang berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang berada di dalam sebuah kelas, tidak terdapat seorang pun yang sama. Mungkin sekali dua kali orang dilihatnya hampir sama atau mirip, akan tetapi pada kenyataannya jika diamati benar-benar antara keduanya tentu terdapat perbedaan. Perbedaan yang segera dapat di kenal seorang guru tentang siswanya adalah perbedaan fisiknya, seperti tinggi badan, bentuk badan, warna kulit, bentuk muka dan semacamnya. Dari fisiknya seorang guru cepat mengenal siswa di kelasnya satu persatu. Ciri lain yang segera dapat dikenal adalah tingkah laku masing-masing siswa, begitu pula suara mereka. Ada siswa yang lincah, banyak gerak, pendiam dan sebagainya. Ada siswa yang nada suaranya kecil atau singklat dan ada pula yang pelan-pelan. Apabila ditelusuri secara cermat siswa yang satu dengan yang lain memiliki sifat-sifat yang khas atau karakteristik yang berbeda-beda. Semua unsur yang ada pada manusia inilah berinteraksi dengan lingkungan luar yang selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya perkembangan pada individu bersangkutan.
2.6 Proses Perkkembangan Individu
a. Proses Prenatal
Secara umum prenatal adalah masa sebelum lahir di mana berawal dari pertemuan sel telur dan sel sperma yang membentuk sebuah benih baru. Dari satu "titik" kemudian tumbuh dan berkembang organ demi organ, lengkap dengan segala fungsinya masing-masing sampai kemudian ia siap dilahirkan di minggu ke-40, setelah dikandung di dalam rahim selama 280 hari (9 bulan).
b. Proses Postnatal
Fase post natal adalah periode atau masa anak setelah lahir, yaitu dari rentang 0-5 tahun. Dahulu orang berpendapat bahwa pada masa ini kurang ada perkembangan psikologis yang menarik hanya melakukan tingkah lakunya yang intensif. Seperti telah di uraikan sebelumnya,Schopenhauer berpendapat bahwa perkembangan itu tidak dipengaruhi oleh factor-faktor dari luar melainkan semuanya telah di tentukan oleh proses-proses dari dalam anak itu sendiri. Baru dengan munculnya teori-teori belajar yang berpendapat bahwa tingkah laku individu dapat dimodifikasi melalui pembentukan dengan pembiasaan ,maka pada waktu itulah timbul prehatian terhadap periode tahun pertama.
2.7 Sosok Manusia yan Seutuhnya
Manusia yang utuh yaitu manusia yang dapat mengembangakan potensi jasmani dan rohaninya dengan baik dan mengamalkannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat manusia dan segenap pengembangan dimensinya hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang khas tersebut dapat membedakan secara principal antara hewan dengan manusia. Meskipun dari segi biologisnya masih banyak kemiripannya.
Sifat hakikat tersebut dapat memberikan tempat kedudukan pada manusia sedemikian rupa sehingga derajatnya lebih tinggi dari pada hewan dan sekaligus dapat menguasai hewan. Factor-faktor dalam perkembangan individu pun sangat berpengaruh dalam kelanjutan hidup seorang individu.
Salah satu sifat hakikat yang istimewa adalah adanya kemampuan menghayati kebahagiaan pada manusia, dan semua sifat hakikat manusia tersebut dapat dan harus ditumbuhkembangkan melalui pendidikan.
Berkat adanya pendidikan maka sifat hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh dan sempurna.
3.2 Saran
Dalam mempelajari hakikat manusia dan pengembangannya ini maka kita dapat mengetahui tentang perbedaan manusia dengan hewan dan juga kita dapat mengetahui kekurangan maupun kelebihan.
Dengan mempelajari ini mudah-mudahan pengetahuan kita tentang sifat hakikat manusia dan pengembangan ini dapat menambah pengetahuan kita dan dapat bermanfaat bagi kita. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com/hakikat-manusia-dan -pengembangannya//
13-Seftember-2011
Suarni,Ketut. 2011. Perkembangan Individu. Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha
MAKAALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH PROFESI PENDIDIKAN
YANG DIBINA OLEH IBU Dra. NENGAH MADRI ANTARI M.Erg
NIP: 195102051978032001
OLEH :
NENGAH ISMI IZHARDIANTI (1111011074)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
SEFTEMBER 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia dan Perkembngannya ” tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar kita memahami administrasi pendidikan dari berbagai aspeknya.
Penulis menyadari banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi saat menyusun makalah ini. Berkat motivasi dan bantuan berbagai pihak, kesulitan-kesulitan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu sudah sepantasnya penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini ini.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan yang dapat bermanfaat sebagai acuan penulisan selanjutnya.
Singaraja, Seftember 2011
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………
Daftar Isi………………………………………………………………………………………….
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………………………
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………....
1.3 Tujuan dan Manfaat………………………………………………………………………….
BAB II Pembahasan………………………………………………………………………………
2.1 Sifat Hakikat Manusia………………………………………………………………………
2.2 Dimensi-dimensi Hakikat Manusia serta Potensi Keunikan dan Dinamikanya…………….
2.3 Pengembangan dimensi Hakikat Manusia………………………………………………….
2.4 Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan……………………………………………….
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Individu……………………………….
2.6 Proses Perkembangan Individu……………………………………………………………..
2.7 Sosok Manusia yang Seutuhnya…………………………………………………………....
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………
a. Kesimpulan……………………………………………………………………………....
b. Saran……………………………………………………………………………………..
Dafatar Pustaka…………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi. Hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah sekedar soal praktek melainkan praktek yang berlandaskan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normative. Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis, dan universal tentang ciri hakiki manusia. Bersifat normative karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan.
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya.
Beberapa filosof seperti Socrates menamakan manusia itu Zoon Politicon (hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai Das Kranke Tier (hewan yang sakit) yang selalu gelisah dan bermasalah.
Kaum rasionalis menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain (ia, mereka) dan dengan non-aku (lingkungan fisik) di sekitarnya. Bahkan bukan hanya membedakan, lebih dari itu manusia dapat membuat jarak (distansi) dengan lingkungannya, baik berupa pribadi maupun nonpribadi/benda.Kemampuan membuat jarak dengan lingkungannya berarah ganda, yaitu arah keluar dan ke dalam.
Dengan arah keluar, aku memandang dan menjadikan lingkungan sebagai objek, selanjutnya aku memanipulasi ke dalam lingkunganu memenuhi kebutuhan aku. Puncak aktivitas yang mengarah keluar ini dapat dipandang sebagai gejala egoisme. Dengan arah ke dalam, aku memberi status kepada lingkungan (dalam hal ini kamu, dia mereka) sebagai subjek yang berhadapan dengan aku sebagai objek, yang isinya adalah pengabdian, pengorbanan, tenggang rasa, dan sebagainya. Dengan kata lain aku keluar dari dirinya dan menempatkan aku pada diri orang lain. Di dalam proses pendidikan, kecenderungan dua arah tersebut perlu dikembangkan secara berimbang. Pengembangan arah keluar merupakan pembinaan aspek sosialitas, sedangkan pengembangan arah ke dalam berarti pembinaan aspek individualitas manusia.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa masalah yaitu :
1. Bagaimanakah sifat hakikat manusia ?
2. Bagaimanakah dimensi-dimensi hakikat manusia dan potensi, keunikan dan dinamikanya ?
3. Bagaimanakah pengembangan dimensi hakikat manusia ?
4. Bagaiamanakah pengertian perkembangan dan pertumbuhan individu ?
5. Apan sajakah factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu ?
6. Bagaimanakah proses perekembangan individu ?
7. Bagaimanakah sosok manusia yang seutuhnya ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengatahui sifat dan hakikat manusia.
2. Untuk mengetahui dimensi-dimensi hakikat manusia dan potensi, keunikan serta dinamikanya.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan dimmensi hakikat manusia.
4. Untuk mengetahui bagaimana sosok manusia yang sebenarnya.
5. Untuk mengetahui bagaimna pengertian perkembangan dan pertumbuhan individu
6. untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu.
7.Untuk lebih menambah wawasan pengetahuan bagi dosen dan mahasiswa itu sendiri.
8. Sebagai acuan dalam pembentukan makalah selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA
2.1 Sifat Hakikat Manusia
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan social.
Wujud sikap hakekat manusia
a. Kemampuan menyadari diri
Mengeksplorasi potensi-potensi yang ada pada aku ( diri sendiri ) dan memahami potensi-potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat di kembangkan kea rah kesempurnaan diri.
b. Kemampuan bereksistensi
Kemampuan untuk membuat jarak antara aku dengan dirinya sebagai objek itu sebagai sesuatu .
c. Pemilikan kata hati
Kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik buruknya perbuatan sebagai manusia .
d. Moral
Kemampuan seorang untuk mengendalikan diri sesuai dengan tatanan nilai-nilai kehidupan dan budaya, serta adat istiadat yang berlaku..
e. Kemampuan bertanggung jawab
Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari berbuatan yang menuntut pertanggung jawaban merupakan petanda dari sikap orang yang bertanggung jawab.
f. Rasa kebersamaan (kemerdekaan)
Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terkait oleh sesuatu tetepi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia )
g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak
h. Kemampuan menghayati menyadari kebahgiaan
2.2 Dimensi-dimensi Hakikat Manusia dan Potensi, Keunikan dan Dinamikanya
a. Dimensi Keindividualan
Individu dapat diartikan sebagai seorang atau sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi. (Lysen, individu dan masyarakat). Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka bumi. Demikian kata M.J. Langeveld (seorang pakar pendidikan yang tersohor di Negeri Belanda) yang mengatakan bahwa setiap orang memiliki individualitas. Bahkan dua anak kembar yang berasal satu telur pun, yang lazim dikatakan seperti pinang dibelah dua, serupa dan sulit dibedakan satu dari yang lain, hanya serupa tetapi tidak sama, apalagi identik. Hal ini berlaku baik pada sifat-sifat fisiknya maupun hidup kejiwaannya (kerohaniannya). Dikatakan bahwa setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingannya). Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda.
b. Dimensi Kesosialan
Setiap bayi lahir dikaruniai potensi sosialitas (MJ. Langeveld 54) pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya daidalamnya terkandung unsur saling memberi dan menerima, dipandang sebagai kunci sukses pergaulan. Adanya dorongan untuk meerima dan memberi itu sudah menggejalah mulai masa bayi.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Imannual Khan seorang filosofi tersohor bangsa Jerman menyatakan bahwa manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara manusia. Seseorang dapat mengembangkan kegemerannya, sikapnya, cita-citanya didalam interaksi dengan sesamanya, seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang dikagumi dari orang lain itu untuk dimilikinya, serta menolak sifat-sifat tidak disukainya.
Hanya dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaannya. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa anak manusia tidak akan menjadi manusia bila tidak berada diantara manusia.
c. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi, didalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika didalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Orang yang berbuat jahat berarti melanggar hak orang lain dan dikatakan tidak beretika atau tidak bermoral. Sedangkan tidak sopan diartikan sebagai tidak beretiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang merasa dirugikan, sedangkan pelanggaran etiket hanya mengakibatkan ketidak senangangan orang lain.
Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah makhluk susila. Drijarkara mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan dan sebagainya, sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup. Dilihat asal dari mana nilai-nilai itu diproduk dibedakan atas tiga macam, yaitu nilai otonom yang bersifat individual (kebaikan menurut pendapat seseorang), nilai heteronom yang bersifat kolektif (kebaikan menurut kelompok), dan nilai keagamaan yaitu nilai yang berasal dari Tuhan).
d. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious. Sejak dahulu kala, sebelum manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwa diluar alam yang dapat dijangkau dengan perantaraan alat indranya. Diyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut diciptakanlah mitos-mitos. Misalnya untuk meminta sesuatu dari kekuatan-kekuatan tersebut, dilakukan bermacam-macam upacara menyediakan sesajen-sesajen dan lain-lain.
Kemudian setelah ada agama maka manusia mulai menganutnya. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama.
2.3 Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia
Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Manusia lahir telah dikaruniai dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud potensi, belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau aktualisasi. Dari kondisi ‘potensi’ menjadi wujud aktualisasi terdapat rentangan proses yang mengundang pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya.
Setiap manusia lahir dikaruniai naluri yaitu dorongan-dorongan yang alami (dorongan makan, seks, mempertahankan diri, dan lain-lain). Jika seandainya manusia dapat hidup hanya dengan naluri maka tidak bedanya dengan hewan. Hanya melalui pendidikan status hewani itu dapat diubah kea rah status manusiawi.
2.4 Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan Individu
a. Pengertian Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu proses sosialisasi yang berlangsung dengan adaptasi (penyesuaian) dan seleksi. Para ahli mempunyai berbagai macam pendapat tentang pengertian perkembangan. Namun semuanya mengakui bahwa perkemangan itu adalah suatu perubahan kearah yang lebih maju, lebih dewasa. Perubahan tersebut dapat menyangkut perubahan fisik individu seperti : bertambahnya tinggi badan, berat badan, panjang rambut, dan perubahan psikis seperti : bertambah pintar, lebih dewasa, lebih mandiri, dan lainnya. Perkembangan mempunyai sifat kuantitatif Secara teknis, perubahan tersebut biasanya disebut dengan proses. Jika prubahan sebagai proses ditinjau lebih lanjut maka aka nada bermacam-macam jawaban , yang pada pokoknya berpangkal pada pendirian masing-masing ahli.
b. Pengertian Pertumbuhan
Sedangkan Pertumbuhan mempunyai arti suatu perubahan dengan proses yang terjadi sesuai dengan fungsinya dan bersifat kualitatif. Contoh-contoh dari pertumbuhan adalah dapat dilihat dari bentuk fisik yang terus berubah dan tidak dapat kembali atau bersifat tetap.
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Individu
Para ahli juga mempunyai pendapat yanag bermacam- macam mengenai factor- factor yang mempengaruhi perkembangan. Pendapat yang bermacam- macam itu pada pokoknya dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Nativisme
Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat, bahwa perkembangan individu semata- mata ditentukan oleh factor- factor yang dibawa sejak lahir ( natus artinya lahir ). Tokoh utama aliran ini ialah Schopenhauer. Para ahli yang mengikuti pendirian ini biasanya mempertahankan kebenaran konsepsi ini dengan menunjukkan berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang tua dengan anak- anaknya. Misalnya kalau ayahnya ahli music maka kemungkinan besar bahwa anaknya juga akan menjadi ahli music.
2. Empirisme
Para ahli yang mengikuti pendirian empirisme mempunya pendapat yang langsung bertentangan dengan pendapat aliran nativisme. Aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan itu semata- mata tergantung kepada factor lingkungan, sedangkan factor dasar atau pembawaan tidak memainkan peranan sama sekali. Tokoh utama dalam aliran ini ialah John Locke. Jika sekiranya konsepsi ini memang benar, maka kita akan dapat menciptakan manusia ideal sebagaimana kita cita- citakan asalkan kita dapat menyediakan kondisi- kondisi lingkungan yang diperlukan untuk itu. Tetapi kenyataan yang kita jumpai menunjukkan hal yang berbeda daripada yang kita gambarkan itu. Banyak anak- anak orang kaya atau pandai yang mengecewakan karena kurang berhasil dalam mengajar, walaupun fasilitas- fasilitas mereka sangat memadai. Sebaliknya banyak anak orang yang kuarng mampu berhasil dalam belajar, walaupun fasilitas yang mereka perlukan sangat jauh dari mencukupi.
3. Konvergensi
Kedua pendirian yang baru saja dikemukakkan itu kedua – duanya ekstrim, tidak dapat dipertahankan. Paham yang dianggap dapat mengatasi keberatan sebelahan itu ialah paham konvergensi, yang biasanya dianggap dirumuskan secara baik untuk pertama kalinya oleh William Stern.
Paham konvergensi ini berpendapat, bawhwa di dalam perkembangan individu itu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan telah ada pada masing – masing individu, akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesui supaya dapat berkembang. Misalnya, tiap anak manusia yang normal mempunyai bakat untuk berdiri tegak di atas dua kaki, akan tetapi bakat ini tidak akan menjadi actual ( menjadi kenyataan ), jika sekiranya anak manusia itu tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia.
Banyak para ahli dan praktisi untuk saat ini lebih cenderung berpihak pada pandangan aliran konvergensi. Walaupun demikian berbagai permasalahan yang esensial nampaknya belum tuntas jika di jawab melalui pandangan aliran konvergensi saja. Seperti misalnya berbagai keluhan masyarakat yang patut mendapat perhatian para ahli dan praktisi, bahwa banyak terjadi proses perubahan secara cepat dialami seseorang, misalnya seorang dewasa pada dasarnya telah terbentuk menjadi individu “baik” setelah berada di luar “control” orang tua menjadi individu yang “tidak baik”. Dari kenyataan ini bila dipertanyakan lebih lanjut factor manakah yang bisa dipersalahkan, apakah pembawaan atau lingkungan?.
4. Interaksionisme
Tokoh aliran ini adalah Piaget, yang berusaha juga memberi makna mengenai factor – factor yang mempengaruhi perkembangan individu. Secara prinsip Piaget tampaknya setuju dengan tiga factor yang telah disebutkan terdahulu berpengaruh pada perkembangan individu, namun makna yang lebih lanjut diberikan terhadap pandangan – pandangan tersebut adalah pada pengertian interaksi. Interaksi yang dimaksud adalah pengaruh timbal balik, artinya tidak hanya pengaruh mempengaruhi antara pembawaan dan lingkungan melainkan juga interaksi antara pribadi dengan dunia luar.
Interaksi tadi mengandung arti bahwa orang dengan mengadakan reaksi dan aksi ikut memberikan bentuk pada dunia yaitu keluarga, teman – teman, tetangga, kelas social, kelompok kerja,bangsa. Demikamian juga sebaliknya individu bersangkutan juga bersangkutan juga mendapatkan pengaruh dari dunianya dan kadang-kadang pengaruh itu begitu kuat hingga pribadinya dapat berubah atau bahkan bisa dalam bahaya, tergantung dari factor mana yang lebih dominan mempengaruhi pribadi individu. Berdasarkan beberapa pandangan di atas secara garis besar factor-faktor yang mempengaruhi individu dapat di kelompokan menjadi dua bagian yaitu:
a) Faktor genetic
Perkembangan manusia di tentukan oleh interaksi yang berkesinambungan antara hereditas/pembawaan dengan lingkungan. Interaksi ini sudah terjadi mulai dari masa-masa pembuahan sel telor. Sejumlah cirri pribadi yang luar biasa banyaknya sudah di tentukan oleh struktur genetic ovom yang di buahi. Gen memprogramkan tumbuhnya sel tubuh sehingga kita terbentuk menjadi manusia serta menentukan warna kulit, rambut, ukuran tubuh secara umum, jenis kelamin, kemampuan intelektual dan temperamen emosional. Potensi genetic yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara yang optimal
b) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan factor lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan bio-psiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap hari mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Ada juga beberapa factor yng mempengaruhi pertumbuhan yang kurang normal pada organisme, misalnya: (1) Faktor yang terjadi sebelum lahir seperti kekurangan nutrisi pada ibu dan janin. (2) Faktor ketika lahir atu saat kelahiran yaitu terjadi pendarahan pada kepala bayi yang disebabkan oleh tekanan dari diding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan dan oleh efek pada susunan saraf pusat karena proses kelahiran bayi dilakukan dengan bantuan tang (3) Faktor yang dialami bayi sesudah lahir yaitu karena pengalaman tromatik seperti pada kepala bagian dalam terluka karena kepala bayi terpukul atau mengalami serangan sinar matahari yang nantinya akan mengganggu pertumbuhan pada bayi dan anak. (4) Faktor psikologis terjadi karena bayi ditinggalkan oleh ibu, bapak atau kedua orang tuanya. Ada juga beberapa sebab lain seperti anak – anak yang dititipkan pada suatu lembaga seperti rumah sakit, rumah yatim piatu sehingga mereka kurang sekali mendapatkan perawatan jasmaniah dan kasih saying orang tua yang nantinya anak tersebut akan mengalami kehampaan psikis, kering dari perasaan sehingga dapat mengakibatkan kelambatan pada semua fungsi biologis maupun psikologisnya.
Dari bahasan mengenai factor- factor yang mempengaruhi perkembangan individu yang kadang- kadang terjadi secara sporadic, mungkin ada benarnya jika didiskusikan melalui pandangan aliran Interaksionisme. Karena aliran ini memandang bahwa poses perubahan yang terjadi pada individu dalam rentang kehidupannya “ normal “ maupun “ secara tiba- tiba “ lebih dilihat dari penyebab intensitas dan kualitas inteaksi yang tejadi antara factor pembawaan dengan factor lingkungan. Perubahan yang terjadi dan perkembangan seperti tersebut di atas, dikenal ada 2 fakta yang menonjol dalam perkembangan tersebut yaitu ( 1 ) semua dari manusia mempunyai unsur- unsur kesamaan di dalam pola perkembangannya dan ( 2) did ala pola bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis dan social tiap- tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan- perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kualitatif dan bukan kuantitatif. Sejauh mana individu berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan mereka atau kombinasi- kombinasi dari berbagai unsure perbedaan tersebut.
Setiap orang apakah dia seorang anak atau seorang dewasa, dan apakah ia berada di dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut seorang individu. Individu menunjukan kedudukan seorang sebagai orang perorang atau sebagai perseorangan. Sifat individu adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka "perbedaan" dalam "perbedaan individual" menurut Landgren menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Seorang ibu yang memiliki seorang bayi, bertutur bahwa bayinya banyak menangis, banyak bergerak, kuat minum. Ibu lain yang juga memiliki seorang bayi, menceritakan bahwa bayinya pendiam, banyak tidur, tetapi kuat minum. Cerita kedua ibu itu telah menunjukan bahwa kedua bayi itu memiliki ciri yang bersifat berbeda satu sama lain.
Seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa yang berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang berada di dalam sebuah kelas, tidak terdapat seorang pun yang sama. Mungkin sekali dua kali orang dilihatnya hampir sama atau mirip, akan tetapi pada kenyataannya jika diamati benar-benar antara keduanya tentu terdapat perbedaan. Perbedaan yang segera dapat di kenal seorang guru tentang siswanya adalah perbedaan fisiknya, seperti tinggi badan, bentuk badan, warna kulit, bentuk muka dan semacamnya. Dari fisiknya seorang guru cepat mengenal siswa di kelasnya satu persatu. Ciri lain yang segera dapat dikenal adalah tingkah laku masing-masing siswa, begitu pula suara mereka. Ada siswa yang lincah, banyak gerak, pendiam dan sebagainya. Ada siswa yang nada suaranya kecil atau singklat dan ada pula yang pelan-pelan. Apabila ditelusuri secara cermat siswa yang satu dengan yang lain memiliki sifat-sifat yang khas atau karakteristik yang berbeda-beda. Semua unsur yang ada pada manusia inilah berinteraksi dengan lingkungan luar yang selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya perkembangan pada individu bersangkutan.
2.6 Proses Perkkembangan Individu
a. Proses Prenatal
Secara umum prenatal adalah masa sebelum lahir di mana berawal dari pertemuan sel telur dan sel sperma yang membentuk sebuah benih baru. Dari satu "titik" kemudian tumbuh dan berkembang organ demi organ, lengkap dengan segala fungsinya masing-masing sampai kemudian ia siap dilahirkan di minggu ke-40, setelah dikandung di dalam rahim selama 280 hari (9 bulan).
b. Proses Postnatal
Fase post natal adalah periode atau masa anak setelah lahir, yaitu dari rentang 0-5 tahun. Dahulu orang berpendapat bahwa pada masa ini kurang ada perkembangan psikologis yang menarik hanya melakukan tingkah lakunya yang intensif. Seperti telah di uraikan sebelumnya,Schopenhauer berpendapat bahwa perkembangan itu tidak dipengaruhi oleh factor-faktor dari luar melainkan semuanya telah di tentukan oleh proses-proses dari dalam anak itu sendiri. Baru dengan munculnya teori-teori belajar yang berpendapat bahwa tingkah laku individu dapat dimodifikasi melalui pembentukan dengan pembiasaan ,maka pada waktu itulah timbul prehatian terhadap periode tahun pertama.
2.7 Sosok Manusia yan Seutuhnya
Manusia yang utuh yaitu manusia yang dapat mengembangakan potensi jasmani dan rohaninya dengan baik dan mengamalkannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat manusia dan segenap pengembangan dimensinya hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang khas tersebut dapat membedakan secara principal antara hewan dengan manusia. Meskipun dari segi biologisnya masih banyak kemiripannya.
Sifat hakikat tersebut dapat memberikan tempat kedudukan pada manusia sedemikian rupa sehingga derajatnya lebih tinggi dari pada hewan dan sekaligus dapat menguasai hewan. Factor-faktor dalam perkembangan individu pun sangat berpengaruh dalam kelanjutan hidup seorang individu.
Salah satu sifat hakikat yang istimewa adalah adanya kemampuan menghayati kebahagiaan pada manusia, dan semua sifat hakikat manusia tersebut dapat dan harus ditumbuhkembangkan melalui pendidikan.
Berkat adanya pendidikan maka sifat hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh dan sempurna.
3.2 Saran
Dalam mempelajari hakikat manusia dan pengembangannya ini maka kita dapat mengetahui tentang perbedaan manusia dengan hewan dan juga kita dapat mengetahui kekurangan maupun kelebihan.
Dengan mempelajari ini mudah-mudahan pengetahuan kita tentang sifat hakikat manusia dan pengembangan ini dapat menambah pengetahuan kita dan dapat bermanfaat bagi kita. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com/hakikat-manusia-dan -pengembangannya//
13-Seftember-2011
Suarni,Ketut. 2011. Perkembangan Individu. Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha